
Gambar : REUTERS/MARIE PERRIN/ETH ZURICH/CCTV
Jakarta, tvrijakartanews - Para peneliti di ETH Zurich mengembangkan metode baru untuk memulihkan unsur tanah jarang secara efisien dari limbah elektronik, memajukan daur ulang berkelanjutan dan mengurangi ketergantungan pada penambangan.
Unsur tanah jarang memainkan peran krusial dalam elektronik modern, menyalakan lampu neon, magnet dalam hard drive, dan digunakan dalam produksi generator untuk ladang angin.
Menurut Universitas ETH Zurich, saat ini kurang dari 1% bahan tanah jarang yang didaur ulang, karena besarnya energi dan upaya kimia untuk memisahkan unsur-unsur dalam bahan, yang memerlukan biaya signifikan.
Rekan Pelopor ETH Zurich, Marie Perrin, dan pembimbingnya, Dr. Victor Mougel, telah mengembangkan metode baru yang memungkinkan pemisahan unsur-unsur ini secara efisien, melalui proses yang sederhana.
"Unsur-unsur ini memiliki sifat yang sangat mirip, dan inilah mengapa pemisahan dan ekstraksinya memiliki dampak lingkungan yang sangat besar karena sifat-sifatnya yang sangat mirip," kata Dr. Perrin dikutip dari Reuters pada Selasa (24/6).
Penemuan ini terjadi saat Uni Eropa tengah mendorong peningkatan daur ulang logam tanah jarang, karena meningkatnya masalah lingkungan dan tekanan geopolitik mendorongnya untuk mencari kemandirian sumber daya yang lebih besar.
Dr Perrin mengatakan kepada Reuters bahwa inovasi ini berupaya membantu UE memenuhi tujuannya berdasarkan Undang-Undang Bahan Baku Kritis yang disepakati pada tahun 2023 di mana blok tersebut bertujuan untuk menambang 10%, memproses 40%, dan mendaur ulang 25% kebutuhannya pada tahun 2030. Pasar logam tanah jarang saat ini didominasi oleh Tiongkok, yang menguasai hingga 70% penambangan tanah jarang global dan 85% kapasitas pemurnian, kata konsultan AlixPartners.
Sasaran selanjutnya adalah untuk meningkatkan skala teknologi dengan bekerja sama dengan mitra industri, sehingga mereka akhirnya dapat memiliki kapasitas daur ulang internal, tambah Dr. Perrin.